Review : Hasegawa 1/200 P-8 Poseidon



Hasegawa 1/200 P8 Poseidon

P-8 Poseidon Multi-mission Maritime Aircraft (MMA)
Walau tidak se-terkenal fighter ataupun bomber, peranan pesawat maritim sangat penting. Di masa damai dan terutama saat perang, laut adalah jalur logistik utama. Tanpa jalur laut yang aman, ekonomi bahkan keamanan sebuah negara bisa terancam. Jangkauan dan endurance pesawat maritim bisa jadi lebih kecil dari kapal. Akan tetapi dari ketinggian terbang beragam sensor pesawat maritim mampu mengcover area yang sangat luas. Dengan kecepatan tinggi, pesawat maritim mampu sampai ke trouble spot dengan cepat dan menetralisir ancaman dengan persenjataan yang dibawanya.

P-8 Poseidon adalah MMA terbaru US NAVY, menggantikan P-3 Orion yang berbasis L-188 Electra. Poseidon menggunakan basis Boeing 737-800 yang diperkuat, dikawinkan dengan sayap 737-900 dan raked wingtips seperti 767. Hasilnya kecepatan 910 Km/h dan endurance 11-12 jam, cukup untuk mengcover area laut yang luas. Poseidon bisa dibekali fuel tank tambahan di cargo bay dan kemampuan air refueling untuk endurance ekstra. Perencanaan misi yang melibatkan air refueling perlu dilakukan dengan cermat mengingat Poseidon menggunakan sistem boom receptacle, bukan probe and drogue yang umum dipakai US NAVY dan banyak negara lain. Poseidon bisa terbang mulus seperti Boeing 737 dasarnya, menjaga kesegaran awak dalam misi yang panjang. Pilot pun terbantu dengan sistem autopilot 737 yang sudah terbukti. Walau hanya punya 2 mesin, kehandalan CFM-56 sangat tinggi, aman untuk patroli di tengah laut.    

Sebagai MMA, P-8 Poseidon dibebani fungsi ASW (Anti Submarine Warfare), ASuW (Anti Surface Warface), Shipping Interdiction, dan Elint. Banyaknya misi butuh banyak perlengkapan. Dan integrasi banyak perlengkapan ke satu pesawat biasanya berujung kepada cost membengkak dan delay. Boeing punya solusi cerdas untuk masalah ini. Poseidon tidak di deliver dalam bentuk full capability. Akan tetapi Poseidon di deliver dengan kemampuan inti untuk melaksanakan misi ASW terbatas, bermodalkan perlengkapan yang sudah teruji milik P-3 Orion. Boeing dengan cerdas mengimplementasikan open architecture computer system and network di Poseidon. Berbagai perlengkapan untuk misi yang lain bisa dengan mudah diintegrasikan belakangan. Full capability kemudian bisa dicapai dengan resiko minimal, on time, dan biaya terkontrol.

Sistem crew station Poseidon dirancang agar bisa melakukan beberapa misi sekaligus dalam satu penerbangan secara efektif. Sistem sensor dan persenjataan Poseidon bisa dikontrol dari 5 crew station. Setiap crew station mempunyai user interface yang seragam dan mampu melakukan tugas apapun. Jadi komposisi crew spesialis yang aktif bertugas di crew station bisa disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.      

Kapal perang modern dilengkapi dengan sistem pertahanan udara yang sangat baik dan bisa jadi dilindungi oleh CAP fighter. Oleh karena itu sensor P-8 Poseidon harus bisa mendeteksi dan bahkan mengidentifikasi kapal dari jarak sangat jauh, diluar perimeter pertahanan udara mereka. Poseidon dilengkapi dengan sistem SAR/ISAR untuk memenuhi kebutuhan ini. SAR memanfaatkan pergerakan pesawat untuk menembak beberapa radar beam ke satu target dari posisi berbeda. Sementara ISAR memanfaatkan pergerakan target (kapal yang terombang-ambing di permukakan laut) untuk menghasilkan beberapa radar return dari suatu target. Kedua sistem ini memberikan informasi yang detail, tidak hanya titik di radar scope yang menandakan posisi, tapi juga bentuk target, nyaris seperti foto 3D. Selain itu tentu saja P-8 Poseidon dilengkapi berbagai sistem pasif untuk pengamatan yang lebih senyap.     

Untuk mendeteksi kapal selam Poseidon butuh perlengkapan yang berbeda. Periskop kapal selam memang bisa dideteksi dengan radar ataupun SAR/ISAR, akan tetapi kapal selam modern menghabiskan sebagian besar waktunya dibawah air. P-3 Orion dan hampir semua pesawat anti kapal selam lainnya dilengkapi MAD (Magnetic Anomaly Detector) untuk mendeteksi perubahan medan magnet akibat kapal selam. Masalahnya sensor ini cukup berat dan perlu ditempatkan dalam pod khusus yang jauh dari body pesawat, umumnya di belakang ekor. Boeing memilih untuk tidak memasang MAD demi mereduksi bobot dan meningkatkan endurance Poseidon.

Sebagai gantinya Boeing melengkapi Poseidon dengan komputer yang lebih baik untuk mengolah data dari sonobuoys. Beberapa sonobuoy bisa dilepaskan dari pesawat di titik-titik tertentu. Di dalam air sonobuoy akan mendeteksi arah sumber suara dan melaporkan data tersebut ke pesawat. Beberapa jenis sonobuoy bisa bersifat aktif, mengeluarkan sonar ping untuk mendeteksi jarak dan arah target. Selain itu ada juga sonobuoy yang bisa membaca profil thermal laut, hal ini diperlukan karena karakteristik rambat suara di dalam laut sangat dipengaruhi oleh profil thermal. Semua data tadi akan diolah oleh komputer milik Poseidon, menghasilkan estimasi yang cukup akurat tentang pergerakan kapal selam.       

Poseidon tentu punya kemampuan untuk berbagi informasi dengan armada kapal, fighter, ataupun UAV MQ-4C Triton. Jika dibutuhkan Poseidon juga mampu mengeksekusi target secara langsung. Kapal permukaan bisa diserang dengan Harpoon, sementara target yang jauh di daratan bisa dihajar dengan SLAM-ER. Depth charge dan Torpedo tersedia untuk melayani kapal selam. Poseidon juga mampu membawa HAAWC ALA. Sistem ini berbentuk kit yang dipasang di torpedo Mk54. Saat dilepaskan, sayap HAAWC ALA akan terbuka dan membawa sistem ini gliding ke estimasi posisi target dengan dipandu GPS. Di dekat permukaan air, torpedo Mk54 akan terpisah kit HAAWC ALA lalu mencari sendiri sasarannya di bawah air. Torpedo Mk54 aslinya hanya bisa dilepas dari ketinggian 100ft. Dengan HAAWC ALA, Mk54 bisa dilepas dari ketinggian 30.000ft. Poseidon bisa mempertahankan ketinggian paling efektif untuk patroli. Tidak perlu membuang waktu dan bahan bakar untuk turun ke 100ft demi melepas torpedo. Akan sangat sulit bagi kapal selam untuk bisa mendeteksi Poseidon di 30.000ft. Mereka baru tahu kalau diserang setelah torpedo Mk54 masuk ke permukaan laut di posisi yang sangat dekat.    

Pemakaian airliner seperti 737 sebagai basis pesawat militer memang membawa beberapa manfaat seperti harga yang lebih murah dan kenyamanan untuk misi panjang, akan tetapi hal ini juga mengundang resiko. Bentuk dan karakter terbang Poseidon yang mirip 737 bisa menyebabkan salah identifikasi, terutama dari jarak jauh. Kondisi ini diperparah lagi dengan kemampuan sensor dan persenjataan Poseidon yang berjangkauan ekstra. Untuk melindungi armada/assetnya, lawan bisa terpaksa meluncurkan rudal BVR ke target yang dikira sebagai Poseidon sebelum konfirmasi visual bisa dilakukan. Dalam situasi ini ada kemungkinan pesawat sipil yang tertembak. Kekhawatiran ini tidak mengada-ada, pada 1983 sebuah Boeing 747 milik Korean Airlines ditembak jatuh oleh Su-15 Flagon dari jarak jauh. Sistem pertahanan udara Soviet mengira 747 tersebut adalah pengintai elektronik Amerika RC-135 (berbasis boeing 707). Semua pihak sebaiknya belajar dari kejadian naas ini. Saat ini Poseidon sering dioperasikan US NAVY di Laut China Selatan, meningkatkan ketegangan dengan China. Yang paling menghawatirkan adalah di daerah itu banyak berseliweran Boeing 737 dan Airbus A320 yang bentuk dan karakter terbangnya mirip Poseidon. Semoga kejadian nahas 747 Korean Airlines tidak terulang kembali.

Hasegawa 1/200 P-8 Poseidon.

Seperti pesawat aslinya, Hasegawa 1/200 Poseidon dibuat berdasarkan Hasegawa 1/200 Boeing 737-800. Anda akan disambut dengan kesederhanaan khas kit airliner Hasegawa. Fuselage dicetak tanpa lubang jendela. Jendela direpresentasikan dengan decal untuk hasil yang baik dengan usaha minimum. Dibalik kesederhanaannya, detil halus tersembunyi di permukaan parts, akan terlihat realistis di hasil akhir nanti.
Hasegawa 1/200 P8 Poseidon parts 1

Hasegawa menyediakan opsi untuk menampilkan Poseidon saat terbang ataupun di darat. Display stand yang cukup baik disediakan oleh Hasegawa untuk menampilkan Poseidon sedang terbang. Hasegawa juga menyediakan dua set parts untuk landing gear, satu untuk pose terbang, dan satu lagi untuk pose di darat. Hal ini dilakukan untuk fitting yang baik. Tail sitting tidak terlalu masalah karena Hasegawa menyediakan ballast dengan berat dan posisi yang tepat.
Hasegawa 1/200 P8 Poseidon parts 2

Sama seperti 1/200 Boeing 737-800, sepasang mesin CFM-56 kit ini dicetak dengan sangat baik. Mesin terdiri dari compressor dan turbine face dengan detil yang tajam dan realistis. Kedua parts ini kemudian dibungkus dengan dua parts untuk engine nacelle. Breakdown seperti ini memungkinkan relief detail yang lengkap dan mampu menangkap bentuk triangular unik CFM-56. Fitting mesin ini juga sangat baik sehingga compressor dan turbine face bisa di cat terlebih dahulu sebelum dirakit.

Tantangan terbesar kit ini ada pada saat memasang perlengkapan khas Poseidon. Hasegawa menyediakan parts untuk berbagai pod dan antenna dengan bentuk yang tajam. Modeller perlu membuat beberapa lubang di fuselage untuk memasang semua parts ini. Posisi pemasangan parts ditunjukan dengan jelas di instruction sheet.  
Hasegawa 1/200 P8 Poseidon decal
Overall jika Boeing dengan cerdas mengambil 737-800 sebagai dasar Poseidon, begitu juga dengan Hasegawa. Kit Boeing 737-800 Hasegawa sudah berkualitas sangat baik. Disempurnakan di kit ini dengan berbagi perlengkapan khas Poseidon. Menghasilkan model yang kecil tapi akurat dan tentu saja detail. 

Silahkan kunjungi toko kami, www.rumahmokit.com untuk memiliki kit ini dengan mudah, Terimakasih

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar