Review Tamiya 1/48 P-51D Mustang


Tamiya 1/48 P-51D Mustang
Sudah nonton Dunkirk? Dalam film tersebut selain status senjata, navigasi, dan musuh, ada satu hal yang jadi perhatian utama pilot Spitfire, yaitu bahan bakar. Bahkan merubah ketinggian jelajah pun harus memperhitungkan efeknya terhadap konsumsi bahan bakar. Kondisi ini lazim ada pada single engine fighter pada masa itu, dan mungkin sampai sekarang. Agar lincah, fighter hanya dibekali bahan bakar secukupnya. Sementara mesin performa tinggi milik fighter cukup rakus bahan bakar. Hasilnya single engine fighter pada masa itu punya jarak dan edurance cukup rendah.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan jangkauan fighter. Mitsubishi mendisain Zero nyaris tanpa armor, sehingga mampu membawa banyak bahan bakar tapi tetap lincah. Republic menempuh cara khas Amerika, make it bigger dengan single engine fighter raksasa P-47 Thunderbolt. Sementara Lockheed menggunakan dua mesin pada P-38 Lightning, memberikan dorongan kuat untuk mengimbangi sejumlah besar bahan bakar yang dibawa. Semua cara diatas melahirkan fighter yang sukses tapi dengan kelemahan tersendiri. Zero sangat lincah tapi juga mudah hancur jika terkena beberapa tembakan akurat. P-47 masih efektif sampai akhir WWII, tapi ukuran serba raksasa membuat sistemnya kompleks dan mahal untuk single engine fighter. P-38 mampu melakukan misi jarak jauh dengan efektif dan melahirkan beberapa ace. Tapi penempatan mesin jauh dari centerline memperbesar momen inersia pesawat di sumbu roll. Perlu trik dan taktik khusus agar bisa mengoperasikan twin engine fighter dengan efektif.   

North American menggunakan metode tersendiri untuk meningkatkan jarak P-51 Mustang, yaitu dengan mereduksi drag. Mustang cukup didorong satu mesin dan didisain dengan ukuran fuselage yang relatif kecil dan ringan. Fighter ringan ini butuh lebih sedikit tenaga mesin untuk mempertahankan kecepatan yang sama. Hasilnya tidak perlu banyak bahan bakar untuk terbang jauh.

Ada beberapa trik yang diterapkan untuk mereduksi drag Mustang. Salah satunya adalah bentuk fuselage yang mulus dan ramping berkat pemakaian liquid cooled engine. Radiator dengan cerdas ditempatkan di bawah-belakang fuselage. Selain mendinginkan mesin, radiator juga meningkatkan suhu udara yang dibuang ke belakang. Terdengar familiar? Ya betul, proses yang terjadi cukup mirip dengan cara kerja mesin jet. Udara panas yang dibuang dari radiator mungkin tidak menghasilkan thrust besar seperti mesin jet, tapi tetap ada sedikit dorongan untuk membantu mengatasi drag. Dimensi Mustang juga dipertahankan tetap kecil, termasuk pemakaian sayap yang tidak terlalu luas.

Selain itu metode reduksi drag yang membuat Mustang unik adalah laminar flow airfoil. Saat sebuah objek bergerak didalam fluida, katakanlah pesawat terbang di udara, akan ada interaksi antara objek dengan fluida. Jika objek didisain dengan bentuk yang tepat, fluida akan mengalir mulus disekelilingnya. Jika dilihat lebih detail, fluida akan mengalir mulus dalam beberapa lapisan tipis atau boundary layer. Lapisan fluida yang menyentuh objek akan bergerak bersama objek. Kecepatan setiap lapisan berangsur berubah sampai ke lapisan terluar yang bergerak dengan kecepatan free stream atau kecepatan asli fluida tanpa objek. Kondisi ini disebut laminar flow, menghasilkan resistansi atau drag minimum. Pada sayap situasinya lebih rumit. Sayap harus memanipulasi aliran udara sehingga kecepatan dan tekanan udara berbeda di sisi atas dan bawah untuk menghasilkan daya angkat. Proses ini menghasilkan pressure gradient dan efek lain yang bisa mengganggu aliran udara laminar. Penampang airfoil sayap Mustang didisain dengan bentuk sedikit berbeda dari pesawat lainnya, dioptimasi untuk menghasilkan lift sambil tetap mempertahankan laminar flow yang memiliki drag minimum.
  
Semua trik untuk meningkatkan jarak pada Mustang juga ada harganya. Liquid cooled engine punya penampang ramping, bisa dipasang mulus didalam fuselage untuk drag minimum. Tapi silinder mesin dibungkus dengan water jacket tipis, bukan sirip pendingin tebal dari logam seperti pada air cooled engine. Tembakan akurat ke mesin bisa merusak sistem pendinginan dan membuat mesin overheat dengan cepat. Lift yang dihasilkan sayap Mustang tidak sebesar fighter lain dikelasnya seperti Spitfire. Hasilnya kemampuan manuver seperti turn radius Mustang tidak sebaik Spitfire.

Walau dengan segala kekurangan tersebut, konsep long range singe engine fighter yang diterapkan pada P-51 Mustang bisa dianggap berhasil. Mustang mampu mengawal bomber sampai ke sasaranya jauh di dalam territorial Jerman. Luftwaffe perlu mengerahkan fighter bersenjata berat untuk menembak jatuh bomber besar yang dilindungi armor. Masalahnya persenjataan berat mengurangi kelincahan fighter Luftwaffe. Mustang bisa jadi tidak selincah Spitfire, tapi masih cukup lincah untuk menghadapi fighter Luftwaffe yang terpaksa membawa persenjataan berat. Mustang mampu memberikan pengawalan efektif sehingga bomber USAAF bisa menyerang di siang hari dengan relatif aman.

Di akhir WWII nama Mustang sedikit meredup. Hal ini ironisnya disebabkan karena keberhasilan Mustang sendiri. Dikombinasikan dengan banyak faktor lain, pada akhir WWII Luftwaffe hanya punya sedikit sekali fighter. Kondisi ini menyebabkan Mustang dan fighter sekutu lainnya harus beralih profesi, melakukan misi serangan darat. 6 senapan mesin 12.7mm Mustang sebenarnya sudah cukup memadai untuk strafing. Bom dan roket juga bisa dibawa di sayap. Masalahnya target darat umumnya dipertahankan oleh beberapa titik anti aircraft artillery. Belum lagi pasukan infantry pun dibekali senapan mesin berat. Kemungkinan pesawat penyerang darat terkena beberapa peluru cukup besar. Cukup beberapa peluru akurat untuk merusak sistem liquid cooling mesin Mustang. P-47 bernasib lebih baik dalam misi penyerangan darat karena sirip-sirip logam pendingin mesin bisa ikut membantu menahan peluru.    

Setelah WWII, Mustang masih banyak dipakai di pertempuran. Jangkauan Mustang berguna untuk menyerang target darat di perang Korea karena jangkauan jet fighter saat itu cukup pendek. Selain itu banyak Mustang, terutama varian P-51D yang digunakan oleh negara-negara yang baru memperoleh kemerdekaan setelah WWII, termasuk Indonesia dengan sepak terjang yang tidak kalah heroik

Tamiya 1/48 P-51D Mustang
Tamiya 1/48 P-51D Mustang fuselage
Anda mungkin kaget saat membuka kotak Tamiya 1/48 P-51D Mustang, loh kok isinya sedikit??. Kit ini hanya terdiri dari dua sprue berukuran sedang, satu sprue kecil untuk pilot figure, dan satu clear sprue. Lihatlah lebih dekat lagi, ada kejutan besar dari Tamiya di kit ini. Tamiya mencetak surface detail kelas 1 di kit ini, terdiri dari recessed panel line dan raised rivet yang dicetak dengan tajam dan konsisten. Semua parts dicetak bersih, tidak terlihat cacat. Sprue gate tidak terlalu besar, sehingga part cleanup bisa dilakukan dengan lebih mudah dan rapi.
Tamiya 1/48 P-51D Mustang pilot figure
Tamiya menyediakan kokpit yang detail tapi tetap mudah dibuat. Perakitan kokpit dimulai dari satu part besar untuk lantai dan perangkat radio. Lalu ada pilot seat, control stick, rudder pedal, instrument panel, dan gunsight. Instrument panel dilengkapi raised detail, akan terlihat bagus setelah di cat. Dinding sisi kokpit diperkaya dengan molded on detail. Metode ini memang tidak sedetail pabrikan lain yang melengkapi sisi kokpit dengan detail part terpisah. Namun kualitas pencetakan Tamiya sangat baik dan hasilnya akan terlihat realistis dari luar setelah di cat. Tamiya juga menyediakan pilot figure yang cukup detail. Tersedia dua pilihan bentuk canopy yang jenih dan tipis.   
Tamiya 1/48 P-51D Mustang canopy
Aileron, elevator, dan rudder dicetak menyatu dalam posisi netral. Detail engsel bidang-bidang kontrol ini dicetak tajam dan terlihat sangat bagus. Flaps dicetak terpisah dari sayap dan bisa dipasang di posisi netral atau terbuka.
Tamiya 1/48 P-51D Mustang wing
Detail di sisi bawah Mustang juga tidak kalah bagus. Tamiya menyediakan radiator dan oil cooler pada posisi yang sesuai di dalam fuselage, terlihat bagus dari luar melalui intake lip yang dicetak tajam. Exhaust radiator bisa dipasang di posisi terbuka atau tertutup. Ban roda pendarat utama dicetak dengan tread yang bagus. Velg sisi luar dicetak dalam part terpisah, mempermudah pengecatan demarkasi warna yang rapi antara ban dan velg. Landing gear door dicetak cukup tipis dan dilengkapi actuator terpisah.     

Kit ini bisa dibuat menjadi model out of the box yang sangat detail, tapi masih ada beberapa ruang bagi modeler untuk meningkatkannya. Salah satunya adalah exhaust yang dicetak solid. Modeler bisa menggunakan bor, hobby knife, dan sedikit teknik untuk melubangi exhaust tersebut, memberikan detail halus tambahan. Selain itu Tamiya menyediakan recessed panel line di sayap. Beberapa modeler mungkin memilih untuk mengamplas halus detail ini agar lebih mendekati beberapa Mustang yang punya sayap mulus tanpa panel terlihat.

Tamiya menyediakan opsi untuk membuat Mustang pada fungsi aslinya, yaitu fighter. Tersedia sepasang drop tank untuk dipasang dibawah sayap. Ada 4 opsi marking pada kit ini, salah satunya dilengkapi invasion stripes.

Overall Tamiya 1/48 P-51D Mustang memang terlihat sederhana di dalam kotak. Hal ini disebabkan karena Tamiya menggunakan teknologi injection molding superior untuk mencetak sebanyak mungkin molded on detail tajam, mengurangi jumlah detail part yang dibutuhkan. Selain itu Tamiya hanya menyediakan detail tajam dan lengkap untuk area yang bisa terlihat setelah model jadi. Ditambah dengan fitting yang terkenal presisi, kit punya potensi besar untuk dirakit menjadi model Mustang berkualitas tinggi dengan relatif mudah.

Silahkan kunjungi toko kami www.rumahmokit.com untuk memiliki kitini dengan mudah, Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar